Selasa, 04 Agustus 2009

Pengantar



Kata Pengantar

MARI SELAMATKAN INDONESIA DARI KEHANCURAN


Untuk memahami sebuah dinamika porses peradaban Bangsa dan Negara Indonesia, apalagi dalam perjalanan dari waktu ke waktu dan antar generasi sejak Penjajahan Belanda hingga kini, memerlukan usaha yang serius. Apalagi permasalahan yang kita pelajari dan kita bahas, mencakup persoalan & aspek yang cukup luas dan dinamis, yaitu Paradoks Demokrasi-Politik Indonesia. Kajian tersebut menyangkut sebuah proses interaksi dan gejolak ditengah peradaban bangsa kita untuk bertahan dan menggapai kemajuan. Hal yang lebih sulit lagi, menyangkut realitas yang terjadi berlawanan (paradoksial) dengan nilai-nilai ideal dan nilai-nilai luhur dari cita-cita atau tujuan. Tantangan pertama yang muncul adalah, bagaimana kita memahami proses Antitesa dan pembentukan Hipotesa perjalanan dari kurun waktu Pemerintahan (Rezim) ke peradaban Pemerintahan (Rezim) berikutnya. Hipotesa baru seolah memberikan solusi dan jawaban untuk bangsa, namun pada akhirnya menjadi bom waktu masalah pada masa-masa akhir suatu Rezim. Sehingga, penulis~Mursyid Kambuaya Syamsudin mengambarkan tiadanya kepastian masa depan pada bangsa-negara kita Indonesia- yang diamati dan disampaikan oleh intelektual independen.


Saudara Mursyid Kambuaya berangkat dengan penulisan berdasarkan fakta-empiris perjalanan bangsa-negara, kemudian menarik kesimpulan dan merumuskan tesis tentang kondisi-nasib yang melanda rakyat mayoritas Indonesia oleh sistem kekuasaan. Selanjutnya, penulis berjalan dari waktu ke waktu menguraikan empiris Kebijakan-Sikap Pemerintahan dan para Elit yang memegang kekuasaan, dan menarik hipotesa dalam kegagalan mencapai kemajuan. Penulis telah memiliki prinsip-dasar dalam menguraikan yang mudah dicerna dan sikap yang tegas pada tata nilai kebenaran-keburukan sebagai dasar untuk penegakan keadilan. Tata nilai tersebut untuk dalam membangun kemajuan bangsa dan negara yang menghadapi gempuran kepentingan global dan internasional. Dengan demikian, tulisan & kajian dianalisa dengan dasar pemikiran & sistem nilai.


Kajian penulis dalam perjalanan panjang peradaban (sejak Penjajahan hingga kini) dalam demokrasi-politik-ekonomi yang paradoksial, diuraikan secara jelas dalam garis besar pada masalah pokok peradaban. Yaitu sistem pemerintahan – kekuasaan dalam perannya memegang amanat rakyat dan kewajibannya membangun kemajuan rakyat serta ancaman-jebakan penguasaan kekayaan & negara oleh asing akibat kekuatan modal dan jebakan hutang. Dengan demikian, telaah kritis atas kebaikan/keunggulan secara seimbang disampaikan dengan telaah kritis atas kelemahan / kesalahan mendasar yang harus dikoreksi, yang disertai pandangan solusi kedepan. Berbagai kesalahan, pengingkaran, tindak korupsi dan yang mendasar: kesalahan pemikiran-strategi pembangunan dikritisi dengan dasar perbandingan Malaysia sebagai rujukan penulis. Bahkan sdr. Mursyid K yang belajar di fakultas ekonomi UI menyampaikan gugatan atas kesalahan pemikiran yang diletakkan para seniornya dan menjadi dasar strategi pembangunan ekonomi Indonesia selama 37 tahun: kelemahan mendasar dalam pengabaian faktor manusia dan rakyat dalam penetapan dasar perencanaan dan pelaku-pengusaha pejabat Pemerintah beserta kroni sebagai faktor penyimpangan besar yang tidak diperhitungkan dalam perumusan dan strategi.


Menyikapi nasib bangsa yang miskin mencapai 160 juta jiwa, yang meliputi petani & nelayan (120 jiwa), penganggur terbuka 42 juta jiwa, dan rakyat miskin di perkotaan melebihi 20 juta, buku ini pada akhirnya, menyampaikan hipotesa solusi berupa Penyelamatan Peradaban Bangsa-Negara Indonesia kedepan dengan rumusan yang jelas, ringkas dan mudah dipahami.


Solusi yang dipikirkan penulis adalah penetapan tata-nilai atas dasar kebaikan-keburukan yang harus diterapkan dalam pengelolaan negara, pemerintah untuk kepentingan & kemajuan rakyat yang diikuti oleh perubahan Paradigma pembangunan yang berkeadilan. Tata nilai tersebut menjadi dasar penerapan, baik dalam Pelaksanaan Demokrasi dan Penetapan & Pemilihan Pemimpin serta kualifikasi yang memiliki kualifikasi memimpin dan membawa kemajuan bangsa. Kemudian berdasarkan pengalaman sejarah, bahwa rakyat senantiasa lepas dari amanat dan kekuasaan yang diberikan pada Elit, penulis memberikan semangat pada rakyat-khususnya generasi muda melakukan peran-partisipasi dalam membela hak-haknya dan dalam kiprah pembangunan secara nyata.


Gejolak politik, dinamika demokrasi dan penyimpangan kekuasaan yang hingga kini makin mengarah pada kehancuran bangsa-negara Indonesia, sudah saatnya kita sikapi secara nyata: partisipasi kita sebagai bagian bangsa dalam mengawal dan menjaga serta menyelamatkan Indonesia. Demokrasi yang hakikinya adalah kedaulatan ditangan Rakyat haruslah dipegang sebagai amanat baik dalam organisasi masyarakat itu (parpol) dengan konsistensi dan peran contoh yang sesuai dengan kaidah luhur demokrasi itu sendiri. Kemudian, amanat rakyat pada Elit dan Pemimpin sebagai kepercayaan untuk memimpin-mengontorl-mengawasi untuk kepentingan kemajuan dan kesejahteraan rakyat harus benar-benar dilaksanakan, bukan malah diingkari dan dikhianati yang akan menyengsarakan rakyat dan mengancam kehancuran bangsa-negara kita. Fakta yang disampaikan penulis menjadi bahasan yang jelas seusai dengan apa yang dilihat-dipahami dirasakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia, dan menjadi jelas bagaimana duduk masalahnya – khususnya bagaimana rakyat – negara kita kedepan.


Kini, dengan cakrawala buku tersebut, kita sebagai bagian rakyat, khususnya generasi muda seyogyanya memahami untuk bangkit dan mengambil sikap-posisi dan peran nyata, apa yang harus diperbuat dalam perjalanan demokrasi-politik kita dalam berbagai kondisi yang mampu menyelematkan peradaban dari kehancuran dan kita jelang kejayaan masa depan Ibu pertiwi kita Indonesia.


Jakarta, 4 Agustus 2009


Peter Sumaryoto & Gatot Permadi Joewono



Pengantar:

PARADOKS DEMOKRASI INDONESIA

PENCARIAN FATAMORGANA MENUJU KETIDAK PASTIAN


Gejolak politik dan paradoks demokrasi Indonesia, sulit memberikan masa depan Indonesia secara pasti dalam jangka panjang. Peradaban kita, memerlukan Pemimpin yang memiliki Leadership yang kuat dan yang mampu membina sistem demokrasi yang optimal dan sesuai bagi jalannya proses kemajuan perdaban itu sendiri dalam jangka panjang. Hal itu didasarkan paradoks demokrasi-politik dan atas kondisi sosial-fisik bangsa yang heterogen tanah air ~ untuk mengkoordinasikan secara konsisten – adil dan amanah bagi rakyat.


Ringkasan tesis diatas didasarkan pada pengalaman sejak masa penjajahan Belanda-Jepang, Orde Lama, Orde Baru dan pada masa Orde Reformasi hingga kini ~ yang belum juga menemukan jati diri kematangan sebagai bangsa yang bermartabat. Pengalaman sejarah haruslah kita ambil sebagai soko guru dalam menempatkan faktor-faktor dasar kondisi bangsa, perumusan sistem / pola demokrasi dan penetapan strategi-program & sasaran dalam setiap fase perencanaan peradaban bangsa. Selanjutnya, kita harus mampu melakukan identifikasi kelemahan-tantangan dan penghambat dari dalam bangsa kita, sebab: Indonesia sebagai negara yang besar & kaya menjadi rebutan kepentingan (penguasaan) bagi negara-negara maju yang akan terus berusaha memperbodoh, memperlemah dan menguasai kita.


Kajian masa lalu, pada dasarnya untuk menemukan berbagai kesalahan strategi & langkah, faktor-faktor kelemahan kita, kenapa kita bisa dikuasai, dan pada akhirnya apa yang menyebabkan kegagalan perjalanan pada suatu masa dibawah suatu Rezim. Pengungkapan secara terbuka haruslah kita lakukan sebagai pembelajaran untuk kesadaran yang luas bagi rakyat - untuk tidak diulangi atas kesalahan yang telah menimbulkan kerugian / dampak buruk yang sangat besar, dan selanjutnya melakukan koreksi dan perbaikan.


Kajian ringkas - umum kisah perjalanan bangsa Indonesia hingga kini, pada hakekatnya untuk memahami tentang demokrasi dan sistem politik beserta kelemahan mendasar. Selanjutnya diharapkan bangkitnya kesadaran kolektif bangsa ~ khususnya generasi muda bersama rakyat ~ dalam menggalang & membangun sistem kontrol politik dan sosial yang berdaya guna, baik pada perjalanan demokrasi, politik maupun pembangunan. Proses kontrol yang didasarkan pada tata-nilai kebaikan dan keburukan (kejahatan). Apakah perbaikan sistem demokrasi hanya mengandalkan proses alamiah jalananya demokrasi berdasar kedaulatan rakyat melalui partai yang sebebasnya ataukah diperlukan koreksi yang dikoordinir oleh Pemimpin dengan kepemimpinan yang kuat ?.


Demokrasi adalah kebebasan berserikat, berkumpul, berjuang untuk hak-haknya, mengeluarkan pendapat dan berkreasi dalam bermasyarakat dan bernegara. Demokrasi dalam bernegara dilakukan melalui kepartaian, pada hakekatnya adalah merengkuh kekuasaan melalui persaingan pengaruh massa dan pemenangan pemerolehan suara lewat Pemilihan Umum. Kemenangan adalah tujuan utama. Dalam kondisi-situasi peradaban bangsa penuh penyimpangan, demokrasi bermutasi yang bentuk kiprahnya sudah berwujud menghalalkan segala cara. Demokrasi yang dilakukan kini lebih banyak ditentukan modal (uang), pengaruh dan kekuatan-premanisme massa. Mampukan demokrasi Pemilu 2004 menghasilkan Wakil dan Sistem Legislatif dan Pemimpin yang berpihak pada rakyat?. Apakah demokrasi semacam itu dapat menghasilkan Pemimpin yang yang mampu memimpin dan membangun peradaban maju bagi rakyat banyak ?.


Tuhan menyenangi orang Pemberani – yang membela & menegakkan kebenaran, memperjuangkan kebaikan dan melawan kejahatan, untuk bangsa, negara dan rakyat. Ungkapan ini harus kita galang bersama dalam rangka pembangkitan dan kebangkitan secara bersama ~ khususnya generasi muda ~ dalam memandang hidup menjalani hidup dan dalam berkiprah untuk kemajuan bangsa. Semangat yang terbangun, harus kita usahakan untuk gerilya & membangun kekuatan sistemik yang sepadan dalam memperjuangkan kemajuan peradaban, perjalanan demokrasi yang sehat- bermoral dan berakhlaq. Perjalanan perjuangan generasi muda dalam politik, khususnya dari kalangan mahasiswa, pakar, profesional selama ini lebih banyak : terjun manakala Negeri sedang Krisis, melalui Demonstrasi. Sehingga Platform pergerakan yang terbangun hanyalah Tuntutan atas Susunan kata-kata umum pada DPR-MPR. Setelah pergerakan, demo dan tuntutan dapat mencapai hasil, mereka kembali ke Kampus dan tidak mengawal perjalanan Kepemerintahan, sistem politik dan program pembangunan. Mereka terlepas (missing link) dari proses politik-demokrasi dan Pemerintahan yang bergelimang pengingkaran. Mereka tidak memikirkan bagaimana sistem-koridor melakukan Kontrol Sistemik, melalui kekuatan Ekstra Parlementer, Ekstra Pemerintah, Ekstra Peradilan, yang memiliki keterlibatan dan kekuatan dalam proses kontrol Sosial-Ekonomi dan Politik bangsa.


Bahkan, menyadari kondisi sebagian besar rakyat – termasuk generasi muda selalu tertindas, dikhianati, dipinggirkan, oleh kekuatan elit penguasa dan kroni-kroni pengusaha, kini saatnya generasi muda harus bangun dan bangkit, untuk mengadakan perubahan menyeluruh, serentak, menyongsong regenerasi secara sistemik dalam jiwa yang bergelora untuk kepastian perubahan dan kepastian masa depan. Sebab, Reformasi hanyalah perubahan pragmatisme bagaikan pencarian fatamorgana. Bahkan, kini reformasi menjadi komplikasi sistemik kebusukan yang lebih parah yang dapat membawa kehancuran masa depan.

Jakarta, 4 Agustus 2009

Penulis

Sunan Mursyid



Daftar Isi:

PARADOKS DEMOKRASI INDONESIA

PENCARIAN FATAMORGANA MENUJU KETIDAK PASTIAN

Daftar Isi

Pengantar

BAGIAN KESATU: PARADOKS DEMOKRASI-POLITIK INDONESIA


Bab I. Indonesia Sebagai Ajang Perebutan Penguasaan

I.A. Kilas Balik Penguasaan Fisik Indonesia oleh Penjajah

I.B. Penguasaan oleh Kekuatan Uang & Kekuatan Global

I.C. Pengedukan sumber-sumber Asset Negara dan BLBI

I.D. Utang Luar Negeri: Jebakan Masa Depan

I.E. Dogma dan Falsafah Bangsa: Peneguhan Kekuasaan Raja.

I.F. Jebakan Kapitalisme dan Globalisasi

I.G. Penguatan Sistem Birokrasi KKN : Korupsi Sistemik


Bab II. Demokrasi 1998-2009: Hukum Rimba Mengejar Fatamorgana

II.A. Demokrasi Kini : Homo-homini Lupus Hukum Rimba

II.B. Ideologi dalam Kelompok / Elemen Bangsa

II.C. Paradoks Demokrasi dan Komplikasi Penyakit Politik Reformasi

II.D. Paradoks Demokrasi dan Keterikatan Modal (Uang)
II.E. Paradoks Demokrasi, Kemiskinan dan Kekuatan Modal +Media TV

II.F. Paradoks Demokrasi dan Pengingkaran 20 juta Suara HAM Rakyat


Bab III. Kebusukan Sistematis & Krisis Moral

III.A Kebusukan : Pengkhianatan atas amanat rakyat

III.B. Sistem Birokrasi Produk Orba: Kebusukan dan KKN Sistemik

III.C. Ketidak pastian masa depan dan Paradoks demokrasi ?

III.D. Krisis Moral dan Keserakahan


BAGIAN KEDUA: PENYELAMATAN PERADABAN


BAB IV. Pembangunan Moral Bangsa

IV.A. Pembangunan Moral Dalam Sistem Pemerintahan

IV.B. Paradigma Ekonomi Yang Berkeadilan

IV.C. Penerapan Sistem Bagi Hasil (Syariah) dalam Permodalan (Aries Muftie)


Bab V. Pembangunan Demokrasi

V.A. Demokrasi dan Kedaulatan Rakyat

V.B. Pencarian Demokrasi Optimal

V.C. Posisi, Peran dan Tekad TNI Bagi Bangsa& Negara (Mayjen TNI-AD Saurip Kadi)

V.D. Menjaga Amanat dan Kontrol Kedaulatan Rakyat


Bab V. Pemimpin dan Amanat Bangsa

VI.A. Kebangkitan Kesadaran dan Tantangan Kedepan

VI.B. Tantangan Kepemimpinan Nasional Pembaharu (Sayuti Asyathri)

VI.C. Kualifikasi Pemimpin Masa Depan Indonesia

VI.E. Partisipasi & Kontrol Atas Kepemimpinan


Lampiran & Box:

1. Pelemahan & Pembodohan Sistematis Dengan Miras, Hiburan & Narkoba

2. KelembutanTradisi Jawa, KASUS: Industri Kerajianan BATIK & KAYU di Jawa.

3. Kiat-Strategi Malaysia Membangun Keadilan, Kita Belajar

4. Demokrasi di Maluku: Dari Gejolak Konflik Menuju Kemandirian

5. Linngkaran Setan Kemiskinan dan Penguasaan

6. Penerapan Sistem Bagi Hasil Dalam Ekonomi Permodalan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar